CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 18 Juni 2013

Praktikum Penentuan Daya Cerna Unggas



LAPORAN PRAKTIKUM PBMT
PENENTUAN DAYA CERNA PADA UNGGAS MONOGASTRIK (AYAM BROILER)

Disusun oleh
Nama                   :       Hanis Nuraini                        
NIM                     :       C31120062
Golongan             :       A



JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Pencernaan pakan merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi pada pakan selama berada didalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya suatu penyerapan. Untuk penentuan kecernaan dari suatu pakan maka harus diketahui terlebih dahulu dua hal yang penting yaitu; jumlah nutrien yang terdapat dalam pakan dan jumlah nutrien yang dapat dicerna yang dapat diketahui bila pakan telah mengalami proses pencernaan.
Secara definisi daya cerna (digestibility) adalah bagian nutrien pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Daya cerna didasarkan atas suatu asumsi bahwa nutrien yang tidak terdapat di dalam feses adalah habis dicerna dan diabsorpsi. Biasanya daya cerna dinyatakan dalam bahan kering dan apabila dinyatakan dalam persentase disebut koefisien cerna. Suatu percobaan pencernaan dikerjakan dengan mencatat jumlah pakan yang dikonsumi dan feses yang dikeluarkan dalam suatu hari (Tillman et al.,1991). Pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan pakan adalah usaha menentukan jumlah nutrien dari suatu bahan pakan yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna juga merupakan presentasi nutrien yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrien yang dimakan dan jumlah nutrien yang dikeluarkan dalam feses. Nutrien yang tidak terdapat dalam feses inilah yang diasumsikan sebagai nilai yang dicerna dan diserap.
Selisih antara zat-zat makanan yang terkandung dalam bahan pakan yang dimakan dan zat-zat makanan dalam feses adalah jumlah yang tinggal dalam tubuh hewan atau jumlah dari zat-zat makanan yang dicerna dapat pula disebut koefisien cerna. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna bahan pakan adalah suhu, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik dari pakan, komposisi ransum dan pengaruh perbandingan dengan zat lainnya (Anggorodi, 1979)
Untuk menentukan kecernaan suatu pakan maka harus diketahui jumlah nutrien yang terdapat di dalam pakan dan jumlah nutrien yang dicerna. Jumlah nutrien yang terdapat di dalam pakan dapat dicari dengan analisis kimia, sedang jumlah nutrien yang dicerna dapat dicari bila pakan telah mengalami proses pencernaan. Untuk mengetahuinya, terlebih dahulu dilakukan analisis secara biologis yang kemudian diikuti dengan analisis kimia untuk mengetahui nutrien yang terdapat di dalam feses. Diketahuinya jumlah nutrien di dalam pakan dan jumlah nutrien di dalam feses maka dapat diketahui jumlah nutrien tercerna dari pakan tersebut (Kamal, 1994).
Potensi suatu bahan pakan dalam menyediakan zat makanan bagi ternak dapat ditentukan melalui analisis kimia. Namun, sayangnya potensi bahan pakan tersebut tidak semuanya dapat dimanfaatkan, karena nilai sesungguhnya bahan pakan dicerminkan dari bagian yang hilang setelah melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme. Oleh karenanya bagian bahan pakan maupun zat makanan yang hilang setelah pencernaan urgen sifatnya untuk diketahui.
Bagian yang hilang dapat ditentukan secara langsung yaitu kehilangan secara langsung yaitu kehilangan karena pencernaan (digestion). Istilah kecernaan atau daya cena (digestibility) didefinisikan sebagai bagian zat makanan dari bahan pakan yang tidak dieksresikan dalam feses atau dengan asumsi bahwa zat makanan yang terdapat dalam feses adalah habis dicerna adan diserap. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengukur kecernaan suatu bahan pakan seperti in vitro, in sacco dan  in vivo. Teknik  evaluasi pakan secara in vivo pada ternak seringkali menjadi alternatif terakhir karena pertimbangan biaya, waktu dan tenaga. Teknik ini dalam pelaksanaannya menggunakan sejumlah ternak sehingga banyak  biaya yang dibutuhkan disamping tenaga untuk pengumpulan parameter dan pemeliharaan ternak.
Untuk ternak besar, umumnya para peneliti cenderung menerapkan teknik evaluasi bahan pakan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat. Namun perlu diingat bahwa hasil pengujian teknik  in vivo mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding teknik lain, seperti in vito dan in sacco, karena sifat aplikatifnya pada ternak secara langsung. Pengukuran kecernaan pada ternak secara langsung tidak akan terlepas dari konsumsi pakan itu sendiri. Secara lansung kecernaan bahan pakan tergantung pada kondisi fisiologis ternak yang sangat ditentukan oleh ketersediaan dan kemampuan ternak untuk mengkonsumsi pakan.
BAB II
HASIL PENGAMATAN
Ø Tabel perhitungan daya cerna BR 1 (control )
Kode
Manure basah (gr)
Manure oven (gr)
Bahan pakan :        BR 1 (control)
Berat cawan (gr)
Berat sampel (gr)
Berat total setelah oven (gr)
1.1
62-1,1=60,9
9

12,0169

1,6303

13,5416
1.2
76,7-1,1=75,6
2,7
1.3
40,6-1,1=39,5
6,7









*    %
*    %
*    %
*   
*     gr
*    Bahan kering
= 100% - (  
= 100% - (
= 100% -
*    Pengukuran daya Cerna
=
=
=  x 100%
=0,797 x 100%
=79,7%

Ø Tabel perhitungan daya cerna jagung
Kode
Manure basah (gr)
Manure oven (gr)
Bahan pakan :              Jagung
Berat cawan (gr)
Berat sampel (gr)
Berat total setelah oven (gr)
2.1
41-1,1=39,9
5,6

12,9959

1,7175

14,5492
2.2
29,1-1,1=28
4,6
2.3
26,1-1,1=24,9
3,5

*    %  
*    %
*   
*   
*   
*    Bahan kering
= 100% - (  
= 100% - (
= 100% -
*    Pengukuran daya Cerna
=
=
=  x 100%
=0,898 x 100%
=89,8%

Ø Tabel perhitungan daya cerna Bungkil Kedelai (BKK)
Kode
Manure basah (gr)
Manure oven (gr)
Bahan pakan :       Bungkil kedelai
Berat cawan (gr)
Berat sampel (gr)
Berat total setelah oven (gr)
3.1
63,7-1,1=62,6
7,6

12,8611

1,7727

14,4733
3.2
84,2-1,1=3,1
10,5
3.3
55,7-1,1=54,6
11,4

*    %  
*    %
*    %
*    %
*     gr
*    Bahan kering
= 100% - (  
= 100% - (
= 100% -
*    Pengukuran daya Cerna
=
=
=  x 100%
=0,777 x 100%
=77,7%

Ø Tabel perhitungan daya cerna sparator
Kode
Manure basah (gr)
Manure oven (gr)
Bahan pakan : sparator
Berat cawan (gr)
Berat sampel (gr)
Berat total setelah oven (gr)
4.1
24,8-1,1=23,7
5,1

13,7117

1,6989

15,2824
4.2
36,8-1,1=35,7
7,8
4.3
32,6-1,1=31,5
8,1








       
*    %
*   
*   
*     gr
*    Bahan kering
= 100% - (  
= 100% - (
= 100% -
*    Pengukuran daya Cerna
=
=
=  x 100%
=0,849 x 100%
=84,9%

BAB IV
PEMBAHASAN
Daya cerna (digestibility) adalah bagian nutrien pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Selisih antara zat-zat makanan yang terkandung dalam bahan pakan yang dimakan dan zat-zat makanan dalam feses adalah jumlah yang tinggal dalam tubuh hewan atau jumlah dari zat-zat makanan yang dicerna dapat pula disebut koefisien cerna.
Berdasarkan perhitungan koefisien daya cerna pada beberapa sampel unggas yang di beri perlakuan berbeda dengan memberikan pakan jenis yang berbeda pula yaitu BR1 untuk kelompok 1, jagung untuk kelompok 2, bungkil kedelai untuk kelompok 3 dan sparator untuk kelompok 4. Hasil yang diperoleh yaitu koefisien daya cerna terbesar terdapat pada ayam kelompok 2 yang di beri pakan jagung. Jagung kuning merupakan makanan yang digemari ayam broiler karena jagung kuning mempunyai pigmen crytoxanthin yang merupakan precusor vitamin A yang menyebabkan warna yang menarik pada karkas ayam broiler. Selain itu jagung memiliki kandungan atau kadar air yang cukup tinggi di bandingkan bungkil kedelai, BR1,dan sparator. Kadar airnya  yang tinggi memiliki arti bahwa bahan kering yang terkandung didalamnya terendah di bandingkan dengan pakan yang lain. Ayam mengkonsumsi pakan yang mempunyai prosentase bahan kering semakin tinggi, akan cenderung semakin banyak minum sehingga pakan yang di konsumsi akan lebih sedikit karena terlalu banyak minum. Secara logika, kadar air yang tinggi juga dapat mengisyaratkan bahwa pakan tersebut lunak dan dapat dengan mudah dicerna dan diserap oleh tubuh ayam selama proses metabolisme melalui saluran-saluran pencernaan. Karena banyaknya zat-zat yang dapat diserap atau di cerna oleh tubuh ayam meyebabkan rata-rata feses yang dikeluarkan akan sedikit yang menandakan koefisien cernyanya tinggi.
Daya cerna berkaintan erat dengan produktivitas seekor ternak. Dalam hal ini ayam broiler, jika ternak tersebut mempunyai daya cerna yang baik maka karkas yang dihasilkan akan baik pula meliputi kepadatan dan bobotnya.
Jagung mempunyai kandungan energy metabolisme (ME) sebesar 3430 kkal/kg,lemak 3,9%,serat kasar 2%,kalsium 0,02%,fosfor 0,3% dan energy tercerna (DE) yang baik. Hal ini yang juga dapat menyebabkan daya cerna jagung pada unggas monogastrik tinggi. Untuk sparator memiliki koefisien cerna yang lumayan tinggi karena bahan pakan tersebut merupakan  limbah dari hasil penggilingan padi menjadi beras, limbah berupa kulit padi yang teksturnya halus (dedak) yang masih terdapat sedikit prosentase butiran beras sehingga pakan tersebut masih memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi untuk diserap tubuh. BR1 dan bungkil kedelai memiliki nutrisi yang lebih rendah dari pada jagung dan sparator, selain itu bahan kering yang terkandung di dalamnya cukup tinggi sehingga memperlambat proses pencernaan dan metabolismenya. Hal ini yang menyebabkan BR1 dan sparator memiliki koefisien daya cerna yang rendah di tandai dengan banyaknya feses yang di di keluarkan (sedikit nutrient yang di serap).




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
*      Antara keempat jenis pakan (BR1, jagung, bungkil kedelai,dan sparator), jagung memiliki koefisien daya cerna tertinggi.
*      Bentuk fisik dari bahan pakan dan teksturnya adalah salah satu faktor yang menentukan daya cerna dari seekor ternak.
*      Jumlah feses yang dikeluarkan berbanding terbalik dengan jumlah nutrisi yang tercerna dari seekor ternak tersebut.
*      Pengukuran daya cerna dapat dilakukan salah satunya melalui analisis proximat.

15 komentar:

Trans Digital Komputindo

infonya sangat membantu, bisa di tambah juga tentang daya cerna poligastrik

Septian Prastyo

sipppp broo
komen balik

Septian Prastyo
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Unknown

sangat membantuu .... terima kaksih yaaaaaa,, ^^

PT Bintang Wangi Indotrans

WOW, ternyata memberi makan ternak tidak boleh asal-asalan ya...
Makasih informasinya, sangat membantu...

Unknown

sip"??

KHOIRUL FCB

terima kasih atas infonya mudah2 an bermanfaat bagi kita semua

Yerfej crepej (abd zefri)

wow saya kagum

Etika Ayu

mudah mudahan bermanfaat

Unknown

mksh infonya

Fisikami

bagus"... posting lagi yang banyak!!!

Unknown

ini ok
(y)

Septian Prastyo

BAGUS SANGAT BERMANFAAT

Supriyono

bnayak banget manfaat yang kita peroleh dari mengetahui daya cerna suatu bahan pakan
sangan membantu artikel nya
terima kash

Unknown

Mantapp nie laporanNya... sambil Backlink yah http://teguhbaguspribadi-fkh12.web.unair.ac.id/

Posting Komentar