PENENTUAN
DAYA CERNA PADA UNGGAS MONOGASTRIK (AYAM BROILER)
Disusun
oleh
Nama : Hanis
Nuraini
NIM : C31120062
Golongan : A
JURUSAN
PETERNAKAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pencernaan pakan merupakan suatu rangkaian proses yang
terjadi pada pakan selama berada didalam saluran pencernaan sampai memungkinkan
terjadinya suatu penyerapan. Untuk penentuan kecernaan dari suatu pakan maka
harus diketahui terlebih dahulu dua hal yang penting yaitu; jumlah nutrien yang
terdapat dalam pakan dan jumlah nutrien yang dapat dicerna yang dapat diketahui
bila pakan telah mengalami proses pencernaan.
Secara definisi daya cerna
(digestibility) adalah bagian nutrien pakan yang tidak diekskresikan dalam
feses. Daya cerna didasarkan atas suatu asumsi bahwa nutrien yang tidak
terdapat di dalam feses adalah habis dicerna dan diabsorpsi. Biasanya daya
cerna dinyatakan dalam bahan kering dan apabila dinyatakan dalam persentase
disebut koefisien cerna. Suatu percobaan pencernaan dikerjakan dengan mencatat
jumlah pakan yang dikonsumi dan feses yang dikeluarkan dalam suatu hari
(Tillman et al.,1991). Pengukuran kecernaan atau nilai cerna
suatu bahan pakan adalah usaha menentukan jumlah nutrien dari suatu bahan pakan
yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna juga
merupakan presentasi nutrien yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya
akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrien yang dimakan dan
jumlah nutrien yang dikeluarkan dalam feses. Nutrien yang tidak terdapat dalam
feses inilah yang diasumsikan sebagai nilai yang dicerna dan diserap.
Selisih antara zat-zat makanan yang
terkandung dalam bahan pakan yang dimakan dan zat-zat makanan dalam feses
adalah jumlah yang tinggal dalam tubuh hewan atau jumlah dari zat-zat makanan
yang dicerna dapat pula disebut koefisien cerna. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya cerna bahan pakan adalah suhu, laju perjalanan melalui alat
pencernaan, bentuk fisik dari pakan, komposisi ransum dan pengaruh perbandingan
dengan zat lainnya (Anggorodi, 1979)
Untuk menentukan kecernaan suatu
pakan maka harus diketahui jumlah nutrien yang terdapat di dalam pakan dan
jumlah nutrien yang dicerna. Jumlah nutrien yang terdapat di dalam pakan dapat
dicari dengan analisis kimia, sedang jumlah nutrien yang dicerna dapat dicari
bila pakan telah mengalami proses pencernaan. Untuk mengetahuinya, terlebih
dahulu dilakukan analisis secara biologis yang kemudian diikuti dengan analisis
kimia untuk mengetahui nutrien yang terdapat di dalam feses. Diketahuinya
jumlah nutrien di dalam pakan dan jumlah nutrien di dalam feses maka dapat
diketahui jumlah nutrien tercerna dari pakan tersebut (Kamal, 1994).
Potensi suatu bahan pakan dalam menyediakan zat makanan bagi
ternak dapat ditentukan melalui analisis kimia. Namun, sayangnya potensi bahan
pakan tersebut tidak semuanya dapat dimanfaatkan, karena nilai sesungguhnya bahan
pakan dicerminkan dari bagian yang hilang setelah melalui proses pencernaan,
penyerapan dan metabolisme. Oleh karenanya bagian bahan pakan maupun zat
makanan yang hilang setelah pencernaan urgen sifatnya untuk diketahui.
Bagian yang hilang dapat ditentukan secara langsung yaitu
kehilangan secara langsung yaitu kehilangan karena pencernaan (digestion).
Istilah kecernaan atau daya cena (digestibility) didefinisikan sebagai bagian
zat makanan dari bahan pakan yang tidak dieksresikan dalam feses atau dengan asumsi
bahwa zat makanan yang terdapat dalam feses adalah habis dicerna adan diserap.
Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengukur kecernaan suatu
bahan pakan seperti in vitro, in sacco dan in
vivo. Teknik evaluasi pakan secara in vivo pada
ternak seringkali menjadi alternatif terakhir karena pertimbangan biaya, waktu
dan tenaga. Teknik ini dalam pelaksanaannya menggunakan sejumlah ternak
sehingga banyak biaya yang dibutuhkan disamping tenaga untuk pengumpulan
parameter dan pemeliharaan ternak.
Untuk ternak besar, umumnya para peneliti cenderung
menerapkan teknik evaluasi bahan pakan dalam jumlah banyak dengan waktu yang
relatif lebih cepat. Namun perlu diingat bahwa hasil pengujian teknik in
vivo mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding teknik
lain, seperti in vito dan in sacco, karena
sifat aplikatifnya pada ternak secara langsung. Pengukuran kecernaan pada
ternak secara langsung tidak akan terlepas dari konsumsi pakan itu sendiri.
Secara lansung kecernaan bahan pakan tergantung pada kondisi fisiologis ternak
yang sangat ditentukan oleh ketersediaan dan kemampuan ternak untuk
mengkonsumsi pakan.
BAB
II
HASIL PENGAMATAN
Ø Tabel perhitungan daya cerna BR 1
(control )HASIL PENGAMATAN
Kode
|
Manure basah (gr)
|
Manure oven (gr)
|
Bahan pakan : BR
1 (control)
|
||
Berat cawan (gr)
|
Berat sampel (gr)
|
Berat total
setelah oven (gr)
|
|||
1.1
|
62-1,1=60,9
|
9
|
12,0169
|
1,6303
|
13,5416
|
1.2
|
76,7-1,1=75,6
|
2,7
|
|||
1.3
|
40,6-1,1=39,5
|
6,7
|
%
%
%
gr
Bahan
kering
=
100% - (
=
100% - (
=
100% -
Pengukuran
daya Cerna
=
=
=
x
100%
=0,797
x 100%
=79,7%
Ø Tabel perhitungan daya cerna jagung
Kode
|
Manure basah (gr)
|
Manure oven (gr)
|
Bahan
pakan : Jagung
|
||
Berat cawan (gr)
|
Berat sampel (gr)
|
Berat total setelah oven (gr)
|
|||
2.1
|
41-1,1=39,9
|
5,6
|
12,9959
|
1,7175
|
14,5492
|
2.2
|
29,1-1,1=28
|
4,6
|
|||
2.3
|
26,1-1,1=24,9
|
3,5
|
%
%
Bahan
kering
=
100% - (
=
100% - (
=
100% -
Pengukuran
daya Cerna
=
=
=
x
100%
=0,898
x 100%
=89,8%
Ø Tabel perhitungan daya cerna Bungkil
Kedelai (BKK)
Kode
|
Manure basah (gr)
|
Manure oven (gr)
|
Bahan
pakan : Bungkil kedelai
|
||
Berat cawan (gr)
|
Berat sampel (gr)
|
Berat total setelah oven (gr)
|
|||
3.1
|
63,7-1,1=62,6
|
7,6
|
12,8611
|
1,7727
|
14,4733
|
3.2
|
84,2-1,1=3,1
|
10,5
|
|||
3.3
|
55,7-1,1=54,6
|
11,4
|
%
%
%
%
gr
Bahan
kering
=
100% - (
=
100% - (
=
100% -
Pengukuran
daya Cerna
=
=
=
x
100%
=0,777
x 100%
=77,7%
Ø Tabel perhitungan daya cerna sparator
Kode
|
Manure basah (gr)
|
Manure oven (gr)
|
Bahan pakan : sparator
|
||
Berat cawan (gr)
|
Berat sampel (gr)
|
Berat total setelah oven (gr)
|
|||
4.1
|
24,8-1,1=23,7
|
5,1
|
13,7117
|
1,6989
|
15,2824
|
4.2
|
36,8-1,1=35,7
|
7,8
|
|||
4.3
|
32,6-1,1=31,5
|
8,1
|
%
gr
Bahan
kering
=
100% - (
=
100% - (
=
100% -
Pengukuran
daya Cerna
=
=
=
x
100%
=0,849
x 100%
=84,9%
BAB IV
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Daya cerna (digestibility) adalah
bagian nutrien pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Selisih antara
zat-zat makanan yang terkandung dalam bahan pakan yang dimakan dan zat-zat makanan
dalam feses adalah jumlah yang tinggal dalam tubuh hewan atau jumlah dari zat-zat
makanan yang dicerna dapat pula disebut koefisien cerna.
Berdasarkan
perhitungan koefisien daya cerna pada beberapa sampel unggas yang di beri
perlakuan berbeda dengan memberikan pakan jenis yang berbeda pula yaitu BR1
untuk kelompok 1, jagung untuk kelompok 2, bungkil kedelai untuk kelompok 3 dan
sparator untuk kelompok 4. Hasil yang diperoleh yaitu koefisien daya cerna
terbesar terdapat pada ayam kelompok 2 yang di beri pakan jagung. Jagung kuning
merupakan makanan yang digemari ayam broiler karena jagung kuning mempunyai
pigmen crytoxanthin yang merupakan precusor vitamin A yang menyebabkan warna
yang menarik pada karkas ayam broiler. Selain itu jagung memiliki kandungan
atau kadar air yang cukup tinggi di bandingkan bungkil kedelai, BR1,dan
sparator. Kadar airnya yang tinggi
memiliki arti bahwa bahan kering yang terkandung didalamnya terendah di
bandingkan dengan pakan yang lain. Ayam mengkonsumsi pakan yang mempunyai
prosentase bahan kering semakin tinggi, akan cenderung semakin banyak minum sehingga
pakan yang di konsumsi akan lebih sedikit karena terlalu banyak minum. Secara
logika, kadar air yang tinggi juga dapat mengisyaratkan bahwa pakan tersebut
lunak dan dapat dengan mudah dicerna dan diserap oleh tubuh ayam selama proses
metabolisme melalui saluran-saluran pencernaan. Karena banyaknya zat-zat yang
dapat diserap atau di cerna oleh tubuh ayam meyebabkan rata-rata feses yang
dikeluarkan akan sedikit yang menandakan koefisien cernyanya tinggi.
Daya cerna
berkaintan erat dengan produktivitas seekor ternak. Dalam hal ini ayam broiler,
jika ternak tersebut mempunyai daya cerna yang baik maka karkas yang dihasilkan
akan baik pula meliputi kepadatan dan bobotnya.
Jagung
mempunyai kandungan energy metabolisme (ME) sebesar 3430 kkal/kg,lemak
3,9%,serat kasar 2%,kalsium 0,02%,fosfor 0,3% dan energy tercerna (DE) yang
baik. Hal ini yang juga dapat menyebabkan daya cerna jagung pada unggas
monogastrik tinggi. Untuk sparator memiliki koefisien cerna yang lumayan tinggi
karena bahan pakan tersebut merupakan limbah dari hasil penggilingan padi menjadi
beras, limbah berupa kulit padi yang teksturnya halus (dedak) yang masih
terdapat sedikit prosentase butiran beras sehingga pakan tersebut masih
memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi untuk diserap tubuh. BR1 dan
bungkil kedelai memiliki nutrisi yang lebih rendah dari pada jagung dan
sparator, selain itu bahan kering yang terkandung di dalamnya cukup tinggi
sehingga memperlambat proses pencernaan dan metabolismenya. Hal ini yang
menyebabkan BR1 dan sparator memiliki koefisien daya cerna yang rendah di
tandai dengan banyaknya feses yang di di keluarkan (sedikit nutrient yang di
serap).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Antara keempat jenis pakan (BR1, jagung, bungkil
kedelai,dan sparator), jagung memiliki koefisien daya cerna tertinggi.
Bentuk fisik dari bahan pakan dan teksturnya adalah
salah satu faktor yang menentukan daya cerna dari seekor ternak.
Jumlah feses yang dikeluarkan berbanding terbalik
dengan jumlah nutrisi yang tercerna dari seekor ternak tersebut.
Pengukuran daya cerna dapat dilakukan salah satunya
melalui analisis proximat.
15 komentar:
infonya sangat membantu, bisa di tambah juga tentang daya cerna poligastrik
sipppp broo
komen balik
sangat membantuu .... terima kaksih yaaaaaa,, ^^
WOW, ternyata memberi makan ternak tidak boleh asal-asalan ya...
Makasih informasinya, sangat membantu...
sip"??
terima kasih atas infonya mudah2 an bermanfaat bagi kita semua
wow saya kagum
mudah mudahan bermanfaat
mksh infonya
bagus"... posting lagi yang banyak!!!
ini ok
(y)
BAGUS SANGAT BERMANFAAT
bnayak banget manfaat yang kita peroleh dari mengetahui daya cerna suatu bahan pakan
sangan membantu artikel nya
terima kash
Mantapp nie laporanNya... sambil Backlink yah http://teguhbaguspribadi-fkh12.web.unair.ac.id/
Posting Komentar